Eksistensi Kemandirian Sebagai Identitas Santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubarok, Uman Agung, Lampung Tengah
Keywords:
Eksistensi Kemandirian, SantriAbstract
Manusia mancari makna keberadaan di dunia bukan pada hakikat manusia sendiri, melainkan pada sesuatu yang berhubungan dengan dirinya. Eksistensi sangat erat kaitannya dengan sifat keberadaan sebuah objek, sehingga dengan adanya eksistensi maka manusia akan mengerti hakikat keberadaan diri mereka di dunia ini. Karena kemandirian berasal dari kata “diri”, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak bisa lepas dari pembahasan tentang perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers di sebut dengan istilah self, karena diri itu merupakan inti dari kemandirian. Hal ini terlihat jelas dari beberapa peraturan dan sanksi di pondok pesantren yang secara sengaja diadakan untuk menunjang terciptanya kepatuhan dan kemandirian santri dalam melaksanakan kehidupannya sehari-hari, walaupun tetap saja semua itu kembali kepada kepribadian masing-masing santri dan kecerdasan emosi yang dimilikinya. Studi pendahuluan dan observasi terhadap pondok pesantren Hidayatul Mubarok yang berlokasi di desa Uman Agung, Kecamatan Bandar Mataram terdapat fenomena yang berhubungan dengan kemandirian santri dalam kehidupan di pondok pesantren. Ketika anak itu di masukkan kesebuah Pondok Pesantren maka ada kewajiban dari Pondok Pesantren dalam meningkatkan kemandirian santri tersebut, agar mereka dapat hidup dan tinggal jauh dari orangtuanya
Kemandirian merupakan adanya indikasi unsur-unsur tanggung jawab, percaya diri, inisiatif, memiliki motivasi yang kuat untuk maju, demi kebaikan dirinya, mantap mengambil keputusan sendiri, tidak menggantungkan diri pada orang lain, memiliki hasrat untuk berkompetisi dengan orang lain, mampu mengatasi hambatan, melakukan sesuatu dengan tepat, gigih dalam usaha, mampu mengatur kebutuhanya sendiri, dan tegas dalam bertindak serta menguasi tugas yang diembannya. Kemandirian adalah kemampuan mengambil keputusan sendiri dengan atau tanpa bantuan orang lain, yang relevan, tetapi tidak menggantungkan diri kepada orang lain, berinisiatif untuk mengatasimasalah yang dihadapi, percaya diri dalam mengatasi tugas-tugas, dan bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan. Mandiri emosi adalah aspek kemandirian yang berhubungan dengan perubahan pendekatan atau keterkaitan hubungan emosional individu, terutama sekali dengan orang tua atau orang dewasa lainya yang banyak melakukan interaksi dengan dirinya. Ciri-ciri kemandirian yang Pertama, kemandirian emosional.
References
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra (Bandung : Rosda Karya, 2006)
Babun Suharto, Dari Pesantren Untuk Umat: Reiventing Eksistensi Pesantrendi Era Globalisasi (Surabaya: Imtiyaz, 2011 )
Darmadi, h. (2014). metode penelitian pendidikan dan sosial. bumi kahatulistiwa : alfabeta
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014
Eti Nurhayati, Bimbingan Konseling dan Psikoterapi Inovatif, Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2011
Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011
Harun Nasutionet. al, Ensiklopedia Islam (Jakarta: Depag RI, 1993)
kemandirian santri.
Krisnatuti, d., Herawati, T., & dini, r. n. (2011). hubungan antara kecerdasan emosi dengan kepatuhan dan kemandirian santri. Jur.ilm. Kel dan Kons
Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005)
Maksum, M. (2003). Pola pembelajaran di pesantren. departemen agama RI
Mukti Ali menyebutkan bahwa pendidikan terbaik ada di pesantren, sedang pengajaran terbaik ada disekolah/ madrasah. Lihat Zuhdy Mukhdar, KH. Ali Ma'shum Perjuangan dan Pemikirannya (Yogyakarta, TNP, 1989
Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren; Sebuah Potret Perjalanan (Cet. I; Jakarta: Paramadina, 1977)
Retnowati, y. (2008). Pola Komunikasi Orang Tua Dalam Membentuk Kemandirian Anak (Studi Kasus Di Kota Yogjakarta). Jurnal komunikasi
Sukamto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1999)
Sunarty, k. (2016). Hubungan Pola Asuh Orangtua Dan Kemandiriananak. journal of EST
Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional ( Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm. 61
Zamkhasyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Cet. II; Jakarta Mizan)